Ketua FKUB Sulut Ajak Masyarakat Rayakan Natal Dalam Kesederhanaan


Manado,  MediaSulut.Com - Tahun 2020 merupakan tahun yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana serangan Pandemi Covid-19 mengubah tatanan hidup dan kebiasaan masyarakat. Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara membuat pemerintah terpaksa mengambil langkah pencegahan dengan mengeluarkan himbauan agar pelaksanaan dilakukan pembatasan jemaat di Gereja pada ibadah Natal 25 Desember 2020. Selain itu Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk merayakan natal dirumah masing-masing dan tidak melakukan open house serta kegiatan lainnya yang dapat menyebabkan transimisi Covid-19 di tengah masyarakat. 

Berkaitan dengan hal itu, Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Utara Pendeta Lucky Rumopa berpandangan bahwa perayaan Natal tahun 2020 dimana tidak adanya acara open house dan acara lainnya justru semakin mempertebal dan memperkuat Iman.

Menurutnya ekspresi Iman cenderung selalu dinyatakan lewat simbol dan simbol-simbol tersebut salah satunya adalah perayaan. 

“Intrumen dari perayaan itu adalah saling baku-baku pasiar, menggunakan baju baru, makanan dan kue-kue, itu simbol. Tetapi inti perayaan Natal bukan itu sebenarnya, intinya itu memanggil, mengajak orang Kristen menghayati Natal dalam kesederhanaan Iman sebagaimana kelahiran Yesus yang sederhana,” kata Rumopa. 

Lebih lanjut Rumopa mengatakan parayaan Natal tahun 2020 yang sederhana ibarat Umat Kristen kembali ke suasana yang dialami oleh Maria saat mendapatkan kabar dari Malaikat dimana Dia akan mengandung tanapa perkawinan. 

Menurutnya langkah Maria saat itu yang kemudian menjaga jarak dan tidak menyebarkan informasi terkait pesan dari Malaikat tersebut bisa diterapkan oleh Umat Kristen pada situasi Pandemi saat ini. 

“Saya kira itu dapat diimplementasi dalam kehidupan Jemaat agar kita mampu menjaga jarak dan sikap ditengah-tengah kehidupan kita. Selain itu dapat menahan diri agar pandangan Iman kita terhadap kelahiran Yesus itu jadi lebih bermakna,” jelasnya. 

Selain itu, menurutnya pada saat itu, Maria juga melakukan pembersihan diri untuk menjaga kekudusan karena Dia adalah hambah Tuhan. 

Rumopa menuturkan pembersihan diri yang dilakukan oleh Maria tersebut didalamnya termasuk mencuci tangan. “Jadi sebenarnya dari pandangan Alkitabiah jaga jarak, cuci tangan dan tutup mulut juga sudah menjadi bagian yang sudah dialami dan dirasakan oleh Maria dalam konteks lain maknanya tidak berbeda,” tandas Ketua FKUB Sulawesi Utara. 

Untuk itu Rumopa berharap Umat Kristen dapat mencontoh dari cerita Maria dan kemudian mengimplementasikan dengan mematuhi himbauan pemerintah terkait protokol pencegahan Covid-19. 

“Oleh sebab itu selaku ketua FKUB saya berharap Natal tidak kehilangan makna justru lebih mempertebal Iman. Dan diharapkan gereja tetap mengikuti himbauan itu, lebih menjaga kondisi-kondisi yang ada, terutama perayaan Natal tanggal 25 dan tanggal 26. Maka itu setiap gereja dapat melakukan live streaming dan kehadiran dapat dibatasi terutama masyarakat yang sudah lanjut usia dan anak-anak, tidak boleh dilibatkan dalam ibadah itu,” ajak Rumopa. 

Selain terkait Natal, Rumopa juga menilai Pandemi Covid-19 berdampak positif terhadap kerukunan dan persaudaraan antara umat beragama. 

“Saya lihat dengan pandemi ini kerukunan itu dapat terbinah lebih kuat, dimana masing-masing agama menyadari bahwa sesama manusia ciptaan Tuhan harus dapat hidup bersama,” katanya. 

Menurutnya hal itu dapat dilihat dari kegiatan tolong menolong serta penyaluran bantuan tanpa memandang latar belakang agama. 

“Saya melihat bahwa hampir setahun serangan Covid ini kita banyak mendapatkan bantuan-bantuan sosial, pemerintah juga turut menyertakan Tokoh-tokoh agama untuk dapat merealisasikan bantuan itu,” jelas Rumopa.  

"Artinya membantu itu tidak dilihat dia agama mana, tapi layak untuk menerima bantuan, harus saling membantu, tidak ada perbedaan-perbedaan. Pandemi Covid ini Justru lebih mempererat hubungan persaudaraan antara insan manusia yang tidak dibedakan pada sekat-sekat agama itu,” lanjutnya. 

Menurutnya Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bahwa masalah bangsa harus ditangani secara bersama tampa memandang perbedaan Agama. 

"Setelah Pandemi ini kita menyadari bahwa ini semua adalah masalah bersama yang harus ditangani secara bersama,” pungkas Rumopa.

Sam

Lebih baru Lebih lama